BERLIAN MALAM
BERLIAN MALAM
Sudah beberapa waktu ini kau tak pernah menampakkan diri
Apa mungkin sebab langit malam selalu tertutup mendung ?Â
Menyembunyikanmu dariku yang tengah menanti indahnya berlian malam
Hewan-hewan, pohon-pohon serta para manusia yang dirundung asmara pun menanti lengkung indah senyum bibirmu
Berharap bisa melihat sisi lain alam semesta
Menyaksikan gemerlap bintang di ujung cakrawala yang tak terluka
Pandanganku kosong
Menatap ruang tak bersudut
Batinku menyeruakÂ
Berteriak memanggil
Namun apadaya, jeritan hanya sebatas gema hati yang menjalar memenuhi rongga nadi
Membengkak, dan mematikan setiap gerak sendiÂ
Angin berhembus lembut,Â
melewati sela-sela jiwa yang menyempit,Â
sembari membawa sisa-sisa hawa panas yang masih membeku
Pertanda awan kelabu enggan tuk berlalu
Sedangkan aku, Bulan,Â
masih menunggu kaku
Dalam langit yang sama
Dalam semesta yang berbeda
Sementara ini…
Di bawah bayang murung wajah mega malam
Kembali kutermenung
Mencari segala kemungkinan-kemungkinan atas kebenaran jawaban yang kutemui
Ditemani gelap dan waktu
Ah, bodohnya aku,Â
mencari tanpa menanyai tentang jawabanmu
Dalam sudut pandangmu
Atas keberadaanmu,Â
atas keadaanmu,
juga atas segala kebenaran tentangmu
Tapi…
Kau sangatlah jauh
Jauh… Sangat jauh tuk disebrangiÂ
Terlalu jauh tuk kudekati
Ada jarak yang terlihat oleh rasa
Ada biaya yang mesti dibayarkanÂ
Dan akan ada yang mati bila ditinggalkan
Ah… Apakah jarak ?
Ah… Mungkin memang jarak
Lagi lagi jarak
Hal abstrak yang terus bergulir tanpa henti
Menjadi kawan yang juga bisa menjadi lawan dalam beberapa hal
Menghanyutkan segala gugur daun hingga ke muara
Melahap segala peristiwa tanpa mengenal makna
Tapi yang kutahu pasti…
Bahwa…
Tuhan menciptakan jarak agar kita saling merindu
Yang kemudian akan bertemu di penghujung waktu
Tuk bersua dalam alunan merdu,
Syahdu…Â
Yogyakarta, 19 Maret 2018