Fenomena Astronomi Dalam Fotografi Dokumenter

Author: Yusuf Priambodo
Citation:
DOI:
โ€”โ€“

๐Ÿ“ Ringkasan

Astronomi

Astronomi adalah ilmu yang mempelajari fenomena benda-benda langit. Langit digambarkan sebagai kubah raksasa yang melingkupi bumi, dengan bintang, bulan, dan matahari seolah menempel padanya (Suwitra, 2001:4).

Sejarah Ilmu Astronomi

Astronomi, atau ilmu perbintangan, adalah salah satu ilmu tertua, dikenal sejak zaman Babilonia pada 700 SM (Suwitra, 2001:3).

Astrofotografi

Astrofotografi adalah praktik penelitian astronomi yang melibatkan fotografi. Foto-foto astronomi tidak hanya berguna untuk sains, tetapi juga untuk mengungkap misteri alam semesta dan kebesaran Ilahi (Abdi, 2012:40).

Teknik Umum Astrofotografi

Astrofotografi, terutama pada malam hari, membutuhkan teknik long exposure untuk merekam objek langit dalam kondisi minim cahaya. Teknik long exposure memungkinkan merekam objek langit dengan maksimal dalam kondisi gelap.

ISO

ISO (International Standard Organization) adalah satuan untuk mengukur kepekaan sensor kamera terhadap cahaya. Rentang ISO 100-800 digunakan untuk objek terang seperti bulan dan matahari, sementara ISO 1600-4000 untuk objek langit minim cahaya seperti bintang dan galaksi. ISO yang lebih tinggi dapat menyebabkan noise, sehingga kamera dengan rentang ISO tinggi hingga 16.000 direkomendasikan untuk meminimalisir noise.

Depth of Field (DOF)

Depth of field (DOF) adalah wilayah ketajaman gambar yang ditangkap oleh lensa dan terekam pada film atau sensor digital kamera. Penggunaan diafragma kecil (f/3.5-4) untuk fenomena langit luas seperti rasi bintang dan galaksi, sedangkan diafragma besar (f/8-f/11) untuk detail objek seperti bulan atau matahari.

Budaya dan Astronomi

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal rasi bintang yang membantu dalam berbagai aspek kehidupan seperti pertanian untuk menentukan musim tanam dan navigasi bagi nelayan untuk menentukan arah dan musim tangkap ikan (Suwitra, 2001:1).

Niktofilia

Niktofilia adalah kesukaan terhadap kegelapan atau malam (Reber, 2010:632). Pengidap niktofilia merasa tenang dan nyaman dalam suasana gelap, yang bisa menjadi faktor inspiratif dalam penciptaan karya fotografi.

Kondisi Lingkungan Ideal

Pengamatan dan dokumentasi fenomena astronomi paling baik dilakukan dalam cuaca cerah dan minim polusi cahaya. Polusi cahaya berasal dari sumber pencahayaan buatan seperti lampu pada bangunan, papan reklame, aktivitas pabrik, dan lampu jalan. Peta polusi cahaya dapat diakses melalui lightpollutionmap.info.

Fenomena Alam Penting untuk Didokumentasikan

Gerhana

Gerhana matahari sebagian didokumentasikan dengan lensa telefoto NIKKOR 70-210mm pada focal length 210mm dan diafragma f/11.

Supermoon

Supermoon adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bulan penuh ketika berada pada posisi terdekat dengan bumi (perigee). Orbit bulan berbentuk elips, menyebabkan bulan berada pada posisi terdekat (perigee) dan terjauh (apogee).

Halo

Halo adalah lingkaran cahaya di sekitar matahari atau bulan, disebabkan oleh pembiasan cahaya oleh awan cirrostratus, yang merupakan kombinasi awan cirrus dan stratus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, halo adalah lingkaran atau berkas sinar sekeliling benda angkasa yang berkilauan (2005:384).

Bimasakti

Bimasakti adalah nama galaksi kita yang berasal dari tokoh pewayangan Jawa. Orang Jawa kuno melihat susunan bintang-bintang yang menyerupai gambar Bima yang sedang dililit ular naga, maka disebutlah Bimasakti.

Jenis Teknik Fotografi

Scientific Photography

Astrofotografi dapat dikategorikan sebagai scientific photography karena melibatkan teknik dan alat yang canggih untuk mendokumentasikan fenomena astronomi secara ilmiah.

Fotografi Dokumenter

Fotografi dokumenter menyampaikan pesan tertentu dan mengajak audiens mempelajari serta meneliti hasil dokumentasi fenomena astronomi. Fotografi dokumenter berfungsi sebagai media kritik sosial dan mengasah rasa serta kepekaan melalui dokumentasi fenomena astronomi.

Alat Pantau Polusi

Pemantauan polusi cahaya di berbagai wilayah dapat dilakukan menggunakan peta polusi cahaya yang diakses melalui www.lightpollutionmap.info.

Dengan pemahaman teknik astrofotografi, penggunaan ISO yang tepat, dan kondisi lingkungan yang ideal, dokumentasi fenomena astronomi dapat dilakukan dengan hasil yang maksimal. Fotografi dokumenter dan scientific photography memainkan peran penting dalam mengkomunikasikan keindahan dan misteri alam semesta kepada masyarakat luas.


๐Ÿ“‘ Highlights

Astronomi

Ilmu astronomi mempelajari tentang fenomena benda-benda langit. Visualisasi dari langit digambarkan sebagai kubah raksasa yang melingkupi kita (seisi bumi), dan benda-benda langit lain seperti bintang, bulan, serta matahari seolah-olah menempel pada kubah tersebut (Suwitra, 2001:4).

Sejarah Ilmu Astronomi

Astronomi atau ilmu perbintangan sebagai ilmu tertua dalam hitungan sejarah telah dikenal sejak zaman Babilonia pada 700 SM (Suwitra, 2001:3).

Astrofotografi

Praktik kegiatan penelitian astronomi yang berkaitan langsung dengan lintas disiplin ilmu fotografi adalah kegiatan astrofotografi.

Proses penciptaan pada karya astrofotografi lebih menekankan kepada praktik kegiatan fotografi dengan objek fenomena astronomi serta benda-benda langit.

Foto astronomi, selain untuk keperluan sains, sering digunakan untuk mengungkap misteri alam semesta atas kebesaran Ilahi (Abdi, 2012:40).

Teknik Umum Astrofotografi

Secara teknis pemotretan dalam kegiatan astrofotografi terutama dalam kondisi minim pencahayaan (malam hari) membutuhkan pemahaman teknik dasar fotografi yaitu long exposure atau biasa dikenal dengan teknik slow speed (kecepatan rana rendah).

Kecepatan rana rendah adalah kecepatan yang dapat diasumsikan sebagai kecepatan batas, artinya kecepatan ini sudah tidak mampu membekukan gerakan atau mulai merekam goyangan/ shake (Sugiarto, 2006:122).

Teknik long exposure memungkinkan merekam objek langit pada malam hari yang dapat diamati serta didokumentasikan secara maksimal dalam kondisi wilayah gelap


Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal beberapa rasi bintang terutama bintang di langit selatan yang erat dikaitkan dengan keseharian hidup mereka seperti petani dalam menentukan waktu musim tanam, nelayan dalam menentukan arah, waktu dan musim tangkap ikan, demikian pula pemuka adat dalam menentukan waktu melakukan suatu aktivitas (Suwitra, 2001:1).


Niktofilia

Menurut Reber dalam Kamus Psikologi menjelaskan bahwa nyctophilia (niktofilia) adalah sebuah kesukaan akan gelap atau malam, disebut juga scotophilia (2010:632).

Pengidap nyctophilia justru merasa sebaliknya.
Dapat merasakan ketenangan dan mendapat rasa nyaman pada kondisi suasana gelap atau minim cahaya menjadi faktor tersendiri dalam ide penciptaan karya.


Kondisi Lingkungan Ideal

Fenomena astronomi secara maksimal dapat diamati serta didokumentasikan pada kondisi cuaca cerah, kondisi lingkungan yang minim akan polusi cahaya serta tidak adanya awan yang menutupi langit.


Alat Pantau Polusi

Polusi cahaya berasal dari sumber pencahayaan buatan manusia yang meliputi lampu pada eksterior dan interior bangunan, papan reklame, aktivitas pabrik serta lampu penerangan jalan.

Pemantauan kondisi polusi cahaya di berbagai wilayah seluruh dunia dapat menggunakan peta polusi cahaya yang diakses melalui www.lightpollutionmap.info.


Teknik dan Unsur Penting Astrofotografi

ISO

ISO (International Standard Organization) adalah satuan untuk mengukur kepekaan sensor kamera dalam menangkap cahaya. Semakin tinggi ISO yang digunakan maka sensor semakin sensitif terhadap cahaya, begitu juga sebaliknya.

Penggunaan rentang ISO 100-800 digunakan dalam mendokumentasikan fenomena dengan objek benda langit contohnya bulan dan matahari, karena intensitas tinggi cahaya yang dihasilkan dari objek tersebut.

Jika dalam keadaan kondisi minim pencahayaan atau ketika mendokumentasikan sebuah fenomena dari objek bintang serta galaksi Bimasakti, menggunakan ISO dengan rentang 1600-4000.

Pada rentang ISO 3200-4000 objek bintang dapat pula terbaca sebagai warna tegas biru ataupun merah yang dihasilkan oleh kamera.

Untuk meminimalisir adanya noise, digunakan kamera yang memiliki fitur dalam rentang ISO tertinggi hingga nilai 16.000 (Hi-1 untuk versi kamera NIKON).


Depth of Field

Ruang tajam atau depth of field adalah wilayah ketajaman gambar yang dapat ditangkap oleh lensa dan terekam pada film atau sensor digital kamera.

Bukaan maksimum aperture (diafragma) pada lensa menentukan keadaan cahaya yang akan kita gunakan (Abdi, 2012:79)

Mendokumentasikan fenomena dengan objek benda-benda langit berupa bulan atau matahari menggunakan teknik DOF luas, hal ini bertujuan untuk memunculkan detail dari permukaan objek bulan maupun matahari secara tajam.

Pada penggunaan diafragma depth of field luas dengan contoh f/8 โ€“ f/11 untuk mendokumentasikan detail dari permukaan bulan saat fenomena Bulan purnama sehingga terlihat lebih bertekstur.

Penggunaan bukaan diafragma kecil (f/3.5-4) digunakan saat mendokumentasikan fenomena astronomi yang terjadi pada bentang alam secara luas (wide angle view) seperti halnya fenomena rasi bintang dan galaksi Bimasakti dikarenakan minimnya kondisi pencahayaan.


Fenomena Alam yang Penting untuk Didokumentasikan

Gerhana

Gerhana matahari sebagian pada karya Tugas Akhir ini didokumentasikan menggunakan lensa telefoto NIKKOR 70-210mm pada focal length 210mm dengan nilai diafragma f/11.

Suoermoon

Supermoon adalah istilah yang digunakan oleh para astronom untuk menggambarkan keadaan bulan penuh ketika bulan berada dalam posisi terdekat dengan bumi.

Posisi terdekat tersebut dalam dunia astronomi dikenal dengan istilah perigee.

Orbit bulan tidak berbentuk bulat melainkan elips, hal tersebut yang menyebabkan bulan dapat terletak pada posisi terjauh yang disebut apogee dan pada posisi terdekat yang disebut perigee.


Halo

Halo merupakan fenomena optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari atau bulan.

Halo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005:384) merupakan lingkaran atau berkas sinar sekeliling suatu benda angkasa yang berkilauan (matahari, bulan, dan sebagainya), sebagai akibat dari pantulan atau pembiasan sumber cahaya itu sendiri.

Halo disebabkan oleh cahaya yang dibiaskan oleh awan cirrostratus. Awan ini merupakan kombinasi dari awan cirrus dan stratus.


Bimasakti

Istilah Bimasakti dalam Nusantara berasal dari tokoh dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihat susunan bintang-bintang yang tersebar di angkasa jika dihubungkan dan ditarik garis akan membentuk gambar pewayangan Bima yang sedang dililit ular naga, maka disebutlah Bimasakti.


Jenis Teknik Fotografi

Scientific Photography

Teknik astrofotografi yang dikategorikan sebagai scientific photography.


Fotografi Dokumenter

Ranah fotografi dokumenter sendiri mampu menyampaikan pesan tertentu dan mengajak audience mempelajari serta meneliti hasil dokumentasi fenomena astronomi.

โ€”
Membaca buku dengan ReadEra
https://readera.org