Membaca Makna Karya Fotografi Dokumenter

Author: Indah Susanti
Citation:
DOI:
—–

📝 Ringkasan

Penggambaran Dunia Nyata dalam Fotografi Dokumenter

  • Makna dan Komentar: Foto dokumenter menggambarkan dunia nyata dan menyampaikan sesuatu yang penting serta memberikan komentar agar dimengerti oleh orang lain.
  • Ekspresi dan Kepedulian: Setiap momen dan tekanan shutter adalah wujud ekspresi dan kepedulian fotografer terhadap dunia di sekitarnya.

Pentingnya Pengetahuan dan Pengalaman

  • Pengaruh Pengetahuan dan Emosi: Makna yang ditangkap oleh penikmat foto dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman hidup, dan emosi mereka. Ini sejalan dengan pendapat Soeprapto bahwa akumulasi wawasan seseorang menentukan luasnya hasil berpikirnya.

Membaca Makna dalam Fotografi Dokumenter

  • Konotatif dan Denotatif: Foto dokumenter mengandung makna konotatif dan denotatif yang tidak bisa dipisahkan. Memahami kedua makna ini membantu penikmat foto menangkap esensi dari karya fotografi.

Implementasi Semiotika dalam Fotografi

  • Semiotika dan Fotografi: Menggunakan pendekatan semiotika dapat membantu memahami makna dalam karya fotografi dokumenter. Roland Barthes menyatakan bahwa foto memuat pesan denotatif (tertujukan) dan konotatif (terartikan).
  • Ekspresi dan Komunikasi Visual: Fotografer mencoba membangun komunikasi melalui bahasa visual, menyampaikan pesan tanpa melepaskan kode etik fotografi.

Fotografi sebagai Medium Kritik Sosial

  • Kritik Sosial dan Kepedulian: Fotografi dokumenter sering digunakan sebagai media kritik sosial, mengasah rasa dan kepekaan melalui dokumentasi.
  • Ekspresi Personal dan Cultural: Karya seni fotografi menafsirkan kembali idiom seni tradisi, mengekspresikan pandangan pribadi tentang kehidupan dan situasi kemanusiaan.

Pentingnya Kualitas dan Komposisi

  • Kualitas dan Komposisi: Foto dokumenter harus memperhatikan kualitas komposisi dan makna yang dimunculkan. Hal ini penting untuk menyampaikan ide dan konsep dengan jelas dan kuat.

Dokumentasi dan Fungsi Historis

  • Dokumentasi sebagai Rekaman Sejarah: Fotografi dokumenter berfungsi sebagai dokumen sejarah, merekam fakta dan peristiwa untuk masa depan. Foto jurnalistik pun menjadi bagian dari dokumentasi.
  • Komunikasi Visual dan Kritik Sosial: Fotografi dokumenter mengkomunikasikan fenomena penting di masa itu, mengajak masyarakat untuk peduli dan memahami peristiwa yang direkam.

Penghindaran Bias dan Objektifikasi

  • Menghindari Bias dan Objektifikasi: Penting untuk menghindari bias dalam pengamatan dan penceritaan, serta menghindari objektifikasi dan eksotisasi subjek.

📑 Highlights

Foto dokumenter adalah penggambaran dunia nyata oleh fotografer. Gambaran tersebut menyampaikan sesuatu yang penting dan memberikan komentar agar dimengerti oleh orang lain


Setiap momen adalah peristiwa penting, setiap tekanan shutter adalah wujud kepeduliannya.

Adanya ungkapan ekspresi dalam karya fotografi dokumenter yang dihadirkan oleh seorang fotografer.

Karya-karya yang dihasilkannya merupakan ekpresinya yang diwujudkan dalam bentuk kepedulian sang fotografer dan pengungkapan rasa terhadap apa yang dilihatnya. Apabila proses melihat diterapkan secara imajinatif, reproduksi fotografi dapat menuntun kepada imajinasi (Sumayku, 2016).

Terdapat sisi-sisi lain yang ikut mempengaruhi hadirnya sebuah makna di dalam diri seorang penikmat foto. (kutipan)

Pertama adalah pengetahuan, pengalaman hidupnya, bisa pengaruh emosi dan lainnya.
Pendapat ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Soeprapto bahwa segala bentuk pengalaman dan akumulasi wawasan pengetahuan seseorang akan menentukan seberapa besar atau luas hasil berfikirnya (Soedjono, 2006).

Mungkin saja rentetan foto dokumenter tentang kerasnya perjuangan hidup seseorang akan terlihat seperti foto dokumentasi biasa. Padahal dalam sebuah karya fotografi terdapat makna konotatif dan denotatif yang tidak bisa dipisahkan dalam rangkaian visual yang direkam.

Dengan adanya penjelasan tentang cara membaca makna fotografi dokumenter akan menjadi salah satu cara dalam membantu penikmat atau masyarakat dalam menangkap makna karya fotografi dokumenter.


Mengutip pendapat Fahla Fadhillah Lotan yang juga mengutip pendapat Wilden bahwa istilah “konotasi” digunakan untuk merujuk pada asosiasi “pribadi” (ideologi, emosional, dll) sosial budaya dan tanda, yang biasanya berhubungan dengan penafsir kelas, usia, jenis kelamin, etnis dan sebagainya.


Hubungan semiotika dan fotografi

Unsur-unsur komposisi dalam foto terdiri dari susunan, garis, nada, kontras dan tekstur, yang diatur dalam sebuah format (Soelarko, 1990).

Salah satu ekspresi itu adalah bagaimana ia peduli terhadap fenomena yang terjadi di tengah masyarakat juga tentang ekspresi yang didasari oleh rasa kemanusiaan yaitu kepedulian.

Secara langsung juga mengajak orang lain untuk ikut peduli dan simpati.


A. Implementasi semiotika dalam karya foto

Salah satu cara yang dapat membantu dalam memahami makna sebuah karya fotografi dokumenter adalah dengan mengunakan pendekatan semiotika.

Ekspresi adalah pengungkapan rasa oleh seorang pelaku seni yang diungkapkannya dengan media-media tertentu dengan maksud mengutarakan suatu hal yang urgensi. Secara tidak langsung merupakan manisfestasi dari emosi.

Menurut Roland Bartes, foto memuat tanda berupa pesan tertujukan (denotatif) dan pesan terartikan (konotatif).
Makna denotatif dan konotatif menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam ekspresi fotografer (Wijaya, 2011).

Melalui foto seorang fotografer mencoba membangun komunikasi melalui bahasa visual, hal ini juga sejalan dengan pendapat Fardiana bahwa foto merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Tentunya di dalamnya tanpa melepaskan kode etik yang harus diperhatikan oleh si pemotretnya
— (Octaviani, 2014).


Makna konotatif dari foto tersebut adalah kehancuran dari salah satu kekayaan budaya Minangkabau.


Bicara masalah personal berarti membahas tentang apa yang dirasakan oleh fotografer, yang mencoba menyampaikan informasi melalui teori semiotika, yakni melalui analisis makna denotatif dan konotatif.


Dalam konsep ciptaan seni, Dharsono mengatakan bahwa penciptaan karya seni menafsirkan kembali idiom seni tradisi sebagai model konservasi (pelestarian atau pengembangan) atau disebut juga sebagai ekspresi personal yang cultural (Kartika, 2007).


Membangun komunikasi melalui foto terutama foto dokumenter juga tidak terlepas dari peranan fotografi dokumenter sebagai media kritik sosial dan Mengasah rasa serta kepekaan melalui fotografi dokumenter.


Melalui perpaduan konsep, teknik, media dan hasil akhir yang akan dicapai dapat menyampaikan ide, gagasan dan konsep yang muaranya adalah wujud ekspresi fotografer dalam bentuk kagum dan prihatin.

Dengan kata lain, bentuk ekspresi manusia memiliki tanda atau pemaknaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karakter sikap dan gerak anatomi tubuh manusia yang didasari dari suasana atau perasaan manusia itu sendiri.


Hasil ukiran yang kurang rapi memperlihatkan keaslian dengan menonjolkan banyak makna dan lebih berkarakter


Terus mengasah rasa dalam fotografi dokumenter dan kepekaan yang manifestasi emosinya dapat berwujud kepedulian.

Rasa di sini adalah sejauh mana sang fotografer mampu melahirkan karya foto yang berkualitas melalui pengarapan konsep yang dirancang.
Kualitas yang dimaksudkan disini tentu tidak lain adalah komposisi dan makna yang dimunculkan melalui story-nya. Penciptaannya dan penggunaannya juga tidak terlepas sebagai unsur yang menyentuh jiwa manusia (Soedjono, 2006).

Soeprapto Soedjono dalam bukunya. Bahwa, ekspresi diri melalui medium fotografi seni bisa dicapai dengan berbagai cara, di antaranya dengan memilih objek-objek foto yang akan di tampilkan (Soedjono, 2006).


Ada pendapat dari Ranelis yang mengutip pendapat Gustami bahwa,

“seni sebagai alat ekspresi pribadi tidak terbatas pada ilham saja, tidak semata-mata berhubungan dengan emosi pribadi, tetapi seni juga mengandung pandangan pribadi tentang peristiwa dan objek umum dalam kehidupan dan situasi kemanusiaan yang mendasar” (Ranelis & P, 2016).


Menyoroti aktifitas manusia sebagai point of view, karya tersebut menarik untuk di ekplorasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Harisman bahwa fenomena manusia selalu menarik untuk dibicarakan, termasuk aktifitas manusia dalam ranah seni sebagai sebuah perwujudan dan perwakilan ekspresi diri, serta melekat dan teraktualisasi menjadi ekspresi simbolik(Harissman & Martwan, 2019).


Aninda Dyah Hayu Pinasti menegaskan bahwa karya seni yang baik bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba atau sebuah manifestasi sembarangan Kelelahan tersebut telah mendedikasikan dirinya dalam dunia fotografi terutama fotografi dokumenter (Putri et al., 2017).


Pengertian dari dokumentasi itu sendiri adalah:

  1. pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan;
  2. pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain).

Foto dokumentasi dalam konteks yang luas memiliki pengertian ==bahwa semua foto yang merekam fakta dan menjadi bagian sejarah== pada akhirnya juga merupakan foto dokumentasi. Sebab, semua foto akan menjadi dokumen.

Foto dokumentasi tidak merujuk pada foto acara atau kepentingan pribadi. Jadi, foto jurnalistik pun menjadi bagian dari foto dokumentasi.

Catatan
Berbeda dengan keterangan dari “Fotografi dokumenter Pecinan Surabaya

Fotografi dokumenter mengacu pada wilayah dimana gambar fotografi digunakan sebagai dokumen sejarah. Secara langsung berfungsi sebagai sumber kesenangan seni atau estetika. Di lain sisi sering juga digunakan untuk mendorong sebuah perubahan karena kemampuannya untuk menangkap suatu hal yang “benar” sifat dari sebuah gambar atau lokasi.

Fotografi dokumenter dimaksudkan untuk melayani sebagai dokumen sejarah era politik atau sosial, sementara foto jurnalistik adegan tertentu atau lebih dekat dengan kebutuhan untuk media.

Fotografi dokumenter lebih bersifat mengumpulkan bukti mengenai acara atau peristiwa dengan kamera dan keunggulannya dapat dilihat pada masa yang akan datang.
Makna yang terkandung dalam foto dokumenter akan lebih akan nampak lagi di tahun ke depannya. Untuk itu foto dokumenter tidak boleh dibuat sembarangan tanpa mempedulikan kualitas. Kualitas yang dimaksudkan disini tentu tidak lain adalah komposisi dan makna yang dimunculkan. Hal ini sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Atok Sugiarto dalam mendorong semangat para pemburu foto agar layak dipublikasikan (Sugiarto, 2005).

Semakin banyak karya fotografi dokumenter dihasilkan maka semakin banyak hal yang dapat dipahami khalayak ramai untuk diperhatikan dan dilestarikan sesuai dengan apa yang disampaikan sang fotografer melalui karya fotonya.

Catatan
Sehingga, foto dokumenter harus banyak melakukan pengambilan gambar dan akan lebih baik diturut kan secara kronologis.


Fotografi dokumenter merupakan visualisasi dari dunia nyata yang direkam oleh seorang fotografer yang ditunjukan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang penting.

Untuk memberikan informasi tentang apa yang terjadi dan menjadi fenomena di masa itu kepada masyarakat luas.


Membaca buku dengan ReadEra
https://readera.org