AROMAMU

2024-05-30, 151 | 14:32



Senyum matahari, yang tak pernah ingkar janji.
Manis parasnya memanipulasi perasaan. 
Aromamu kerinduan, di antara bayang dua buah pilar.
Keyakinanku terhadap mu atau keraguanku atas diriku. 

Kuyakin bulan tak selalu merindu lautan.
Hingga garis cakrawala tak berbekas.
Nelayan enggan untuk melaut,
menangkapi ikan yang akan merindukan karang.
Rumah tempat ia berpulang.
Hingga dusta gurita akan terbias. 

Secawan perak diujung barat.
Memantulkan kilau emas senyuman.
Terhadap ia yang tengah termenung dibukit samping telaga.
Beribu-ribu bait sajak ia tulis, tak ucapnya ia habis.
Ditelan kelam kekekalan.
Dibakarnya darah putih mata. 

Kesaksian dari kepik tak akan pernah mengubah roda takdir.
Apa yang selama ini telah terjadi,
bukanlah apa yang diharapkan gugur daun.
Ia hanya mengikuti gelombang yang tidak akan pernah tenang.
Hingga ia dipertemukan pada daratan,
pada lembut pasir tepi peradaban.